Melihat Agama Kedepan

Yogyakarta, Indonesia, sheepofthought.com – Dunia berubah menjadi tempat di mana gagasan kolektif, kepentingan bersama menjad suli untuk dapat dicapai. Sebaliknya, gagasan individualistis, fanatisme kelompok tertentu, dan ‘slave of money‘ semakin dominan di masyarakat sambil meninggalkan nilai-nilai moral dan kebenaran akan ilmu pengetahuan. Siapa yang harus kita ikuti? Kita ingin menjadi apa? Apakah itu pribadi yang individualistis, apakah itu pribadi yang ‘soleh’, apakah itu pribadi yang kaya, sepertinya tidak ada yang bisa dijadikan pedoman. Sama halnya dengan politik ekonomi internasional yang dominan di bawah sistem kapitalis di mana yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin, merupakan sistem yang harus diubah karena tidak menguntungkan bagi seluruh masyarakat di suatu negara. Meningkatnya jumlah umat Islam dan apa yang disebut pengetahuan agama, membawa orang ke dalam perangkap ketika seseorang memisahkan agama dengan nilai dan sikap kehidupan sehari-hari. Meskipun jumlah umat beragama semakin meningkat kuantitasnya tetapi semakin lemah kualitasnya. Sistem internasional yang didasarkan pada konsep negara-bangsa, yang dibangun dari pemikiran orang-orang yang mendambakan untuk ‘mempertahankan kekuasaan’ dan takut ‘kehilangan kekuasaan’ telah menjadi cara berpikir sebagian besar individu, akan mengara menuju penghancuran diri dengan tangan mereka sendiri karena mereka akan bertindak tidak rasional demi ‘mencari kekuasaan’.

          Agama saat ini dipandang sebagai objek yang terpisah, di mana agama hanya penting untuk akhirat. Gambaran tersebut dapat dilihat juga dalam struktur pendidikan dan bahkan setiap sistem pemerintahan saat ini. Dalam hal pendidikan, mata pelajaran agama merupakan mata pelajaran tunggal yang sama dengan mata pelajaran lain yang diajarkan di sekolah bahkan perguruan tinggi. Anak-anak sering mengenal poin-poin mata pelajaran agama saja dalam aplikasi agama seperti sholat, akhirat, Kitab Suci, dan ajaran nabi Muhammad SAW. Momentum tersebut juga berlanjut di perguruan tinggi dimana mahasiswa umumnya melihat studi agama sebagai satu bidang yang berbeda dengan bidang studi lain yang memiliki fakultas atau jurusan tersendiri. Di sisi lain, sistem pemerintahan juga menempatkan kementerian agama sebagai kementerian tersendiri dan kesatuan yang juga serupa dengan kementerian lain di bawah pemerintah pusat.

Bukan kesalahan sistem atau cacat konsep yang digunakan saat ini, tetapi sistem tersebut pada akhirnya membangun persepsi masyarakat dalam memahami agama bahwa kehidupan dunia dan kehidupan agama adalah substansi yang bertentangan. Ini juga menciptakan dua persepsi yang berbeda; (1) Muslim of deed, dan (2) Muslim of faith. Pemisahan subyek-subyek tersebut secara filosofis akan mengakibatkan kemungkinan masyarakat untuk cenderung dominan pada salah satu dan kurang pada yang lain. Siapa yang harus diikuti? Kita ingin menjadi apa?

Fakta bahwa pada masa pra-kolonial di era kerajaan Islam, umat Islam adalah ahli dalam bidang kedokteran, sains, bahkan teknologi, sedangkan Eropa Barat masih dalam masa kegelapan dan akhirnya berbondong-bondog belajar dari para sarjana di peradaban Islam. Agama tidak menghalangi seseorang untuk berkecimpung dalam kehidupan dunia, bahkan mengikuti ajaran agama dapat membantu seseorang untuk meraih hal-hal duniawi dan akhirat dengan cara tertentu. Ajaran agama yang benar menciptakan versi yang lebih baik dari karakter seseorang dengan nilai-nilai yang baik seperti kerja keras, amanah, santun, ramah, rasional, dan berpendidikan. Hal ini dapat dilihat sejak zaman Nabi Muhammad SAW sebagai penghubung antara Tuhan dan manusia telah membawa masyarakat Arab dari peradaban Jahilillyah yang belum berkembang ke era peradaban yang lebih baik yang dimulai dari Yathrib atau dikenal seperti Madinah saat ini. Sejak Nabi Muhammad SAW memimpin suku-suku Arab, peradaban yang dikenal sebagai Zaman Keemasan Islam ini mampu memperluas wilayahnya dan bertahan hingga era Abbasiyah.

Jika agama hanya sekadar urusan akhirat, bagaimana mereka bisa berhasil menyaingi peradaban lain pada zaman tersebut? Persepsi atau pola pikir masyarakat terhadap agama perlu dipengaruhi sedemikian rupa sehingga agama diciptakan untuk mengantarkan masyarakat menjadi peradaban yang lebih baik dengan menerapkan agama bukan sebagai ilmu kesatuan tetapi universal yang tercakup dalam perilaku manusia. Menunjukkan sikap yang baik juga merupakan bagian dari ajaran Islam. Menunjukkan kerja keras juga merupakan bagian dari ajaran Islam. Menunjukkan keinginan untuk mengembangkan ilmu teknologi untuk melestarika lingkungan dan Bumi secara menyeluruh juga merupakan bagian dari ajaran Islam. Ada urgensi yang membutuhkan sosok luar biasa yang alim dalam ilmu keislaman dengan akhlak yang baik, sekaligus menjadi pemimpin dalam urusan kekinian seperti teknologi, kedokteran, dan urusan lainnya. Dalam hal pendidikan, para cendekiawan Muslim perlu lebih banyak terlibat dalam kajian interdisipliner dimana kajian Islam tidak harus hanya terkait dalam batas-batas agama, tetapi juga mencakup disiplin ilmu lainnya.

Masyarakat saat ini yang lebih cenderung menganut norma individualisme daripada mutualisme mirip dengan bagaimana hubungan internasional saat ini. Dalam konteks sistem internasional yang lebih besar, arena internasional beralih dari sistem internasional city-state dan empire sebelumnya ke sistem negara-bangsa yang lebih baru. Itu muncul karena ketidaksepakatan antara Gereja dan para Raja, di mana keduanya ingin mempertahankan kekuasaan mereka di wilayah mereka sendiri. Akibatnya, apa yang disebut ’30 Years of War’ dan Perjanjian Westphalia 1648 yang mengakhiri perang menjadi sistem internasional yang lebih baru di Eropa Barat. Fenomena tersebut, bagaimanapun, hanya terjadi dalam peradaban Eropa Barat. Sedangkan daerah lain seperti di Nusantara menerapkan sistem internasional tersendiri yang berbeda dengan peradaban Eropa Barat. Sebenarnya, istilah ‘Nusantara’ sudah mendefinisikan suatu jenis peradaban, seperti Nāgara-Kěrtāgama (1365) dalam Anwar (2016) mendefinisikan Nusantara sebagai berikut:

Semua rumah memancarkan sinar warnanya gilang-cemerlang menandingi bulan dan matahari, indah tanpa upama, negara-negara di nusantara dengan Daha bagai pemuka, tunduk menengadah, berlindung di bawah Wilwatika. Terperinci demi pulau negara bawahan: Melayu, Tanjungnegara, Hujung Medini, Jawa, Makkasar dan Dwipantara (Rakan-Rakan Rapat Nusantara)

          Subyektivitas itu, bagaimanapun, ditepis ketika arena internasional didominasi oleh sistem internasional yang semula muncul di Eropa Barat. Persoalan sistem yang dianut individu, masyarakat, dan negara saat ini adalah sistem yang berlandaskan nilai-nilai Barat, meninggalkan nilai-nilai peradaban lainnya. Secara teoritis, dominasi satu peradaban tidak akan bertahan selamanya. Selalu ada kemungkinan reinkarnasi peradaban lain. Di era reinkarnasi, konflik antar peradaban yang dapat berupa militer, pemikiran, ekonomi, akan muncul karena yang satu ingin mempertahankan keberadaannya sedangkan yang lain ingin meningkatkan keberadaannya seperti yang dikatakan oleh Samuel P. Huntington dalam tesisnya menggambarkan ‘clash of civilization’ pasca-Perang Dingin.

          Barangkali ada cara untuk mencegah terjadinya konflik dengan mengutamakan kepentingan bersama dan kerjasama antar individu, masyarakat, dan negara. Meskipun satu negara adidaya tetap sebagai hegemoni, hal itu dan tidak boleh menjadi masalah jika hegemon mampu menciptakan dunia yang damai, jika peradaban adalah peradaban yang berpegang pada nilai-nilai kebaikan, jika individu, masyarakat, dan negara dapat berbagi antara satu sama lain.

Daftar Pustaka

Anwar, O. M. (2016). Contextualizing Nusantara Studies. Journal of Nusantara Studies, 1(1), 1-6.

6 thoughts on “Melihat Agama Kedepan

  1. Great – I should definitely pronounce, impressed with your web site. I had no trouble navigating through all tabs as well as related info ended up being truly easy to do to access. I recently found what I hoped for before you know it at all. Reasonably unusual. Is likely to appreciate it for those who add forums or anything, website theme . a tones way for your client to communicate. Nice task..

  2. Great article and right to the point. I don’t know if this is really the best place to ask but do you people have any thoughts on where to hire some professional writers? Thanks in advance 🙂

  3. Neat blog! Is your theme custom made or did you download it from somewhere? A design like yours with a few simple tweeks would really make my blog shine. Please let me know where you got your theme. With thanks

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *