Satu Kejahatan Tidak Menjustifikasikan Yang Lain

Amman, sheepofthought.com – Di panggung internasional seperti PBB, satu negara menuduh negara lain atas pelanggaran HAM, menyatakan bahwa tindakan harus diambil seperti investigasi atau agar kasus diserahkan kepada pengadilan internasional. Tapi yang sering terjadi, dan merupakan suatu bentuk cacat logika, jika suatu negara dituduh atau dikecam atas pelanggaran HAM, maka negara yang dituduh akan balik menuduh dan mengungkit  negara lain atas pelanggaran HAM yang juga ia lancarkan.

Contoh baru-baru ini, saat Republik Islam Iran dikecam oleh negara-negara Barat atas pelanggaran HAM mengenai undang-undang mewajibkan jilbab yang menewaskan seorang wanita dan merujung pada demonstrasi besar dihampir seluruh kota, Presiden Iran Ebrahim Raisi membalas tuduhan itu dengan kembali menuduh Kanada atas kasus genosida di perumahan sekolah bagi kanak-anak asli Indian yang korbannya diperkirakan mencapai 1.300 jiwa kanak-anak. Kedua kasus itu tentu adalah pelanggaran HAM, baik yang terjadi baru-baru ini dan yang terjadi 139 tahun lalu. Contoh yang lebih umum, invasi Rusia atas Ukraina membuat seluruh dunia Barat dan belahan dunia lain mengecam Rusia atas kejahatan perang (war crime), namun mereka yang mendukung invasi Rusia atas Ukraina, membandingkan dukungan yang diberikan kepada Ukraina dengan yang diberikan kepada Palestina yang saat ini diduduki oleh Israel. ‘Satu kejahatan tidak menjustifikasikan yang lain’.

Mungkin argumentasi untuk kembali menuduh pihak lain yang menuduh atas kejahatan yang pernah atau sedang berlaku adalah metode yang tepat untuk mengalihkan isu, namun upaya tersebut secara logis tidak dapat menjadi argumen yang diterima meskipun secara umum sangat sering digunakan oleh aktor negara untuk menjustifikasi aksinya dan mengalihkan isu yang dibawa kedepan. Penulisan ini bertujuan untuk lebih fokus pada bagaimana kita sebagai generasi muda dan penerus bangsa yang akan membentuk dan memutuskan bagaimana negara dan dunia ini akan bergerak berikutnya harus bersikap jika suatu kejahatan terjadi, terlepas dari aktor yang melakukan kejatahan itu.  

Alasan kita memasuki perguruan tinggi, di mana kita mempelajari ilmu, terlepas dari spesialisasi bidang yang diambil, tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan, bukan untuk membagi kita kepada ‘sekterianisme’ tertentu. Pembeda besar antara yang ‘terpelajar’ dan yang tidak, terutama dalam ilmu sosial, adalah bagaimana kita menilai dan memposisikan diri jika suatu kejahatan atau pelanggaran terjadi. Apakah kesadaran kita saat melihat hal yang tidak benar atau benar, secara bawah sadar akan tertutup karena fanatisme atau sekterianisme kepada suatu kelompok, yang membuat kita enggan untuk bersimpati atau mengakui?

‘Sekterianisme’ sudah sangat terpaku pada media-media yang banyak diantaranya kita konsumsi sehari-hari, karena media massa di era informasi ini adalah komponen yang sangat mempengaruhi opini banyak orang. ‘Sekterianisme media’ dapat merusak kesadaran dan pengetahuan seseorang. Kembali kepada topik penulisan ini, tanpa melakukan pemeriksaan kembali (cross-check) atau pencarian kebenaran (tabayyun) yang seharusnya banyak generasi muda lakukan, akan berdampak kepada bagaimana kita memberikan sikap, terutama dalam bersikap dibawa sadar kita sendiri.

Sebagai orang yang terpelajar, melihat apapun jenis kejahatan yang dilakukan oleh aktor manapun, harus membuat kita mempertanyakan aksi itu, dengan mengutamakan keadilan dan dorongan hati kemanusiaan yang kita miliki, bukannya malah membanding-banding satu kejahatan dengan kejatahan yang lain. Meski sekterianisme dalam media itu besar dan harus kita pahami dan hindari, jangan sampai kita sebagai mahasiswa terpengaruh pada yang namanya sekterianisme dalam ilmu, menolak untuk mempelajari atau bahkan sesederhana mengetahui suatu ilmu pengetahuan tertentu, yang mungkin berbeda paham dengan yang kita pelajari atau minati, karena hal itu akan menghasilkan ‘sekterianisme ilmu’. Sangat sering manusia membenci apa yang tidak ia pahami, dan berpegang teguh bahkan ‘tunduk’ pada apa yang telah dia pilih .

8 thoughts on “Satu Kejahatan Tidak Menjustifikasikan Yang Lain

  1. Does your blog have a contact page? I’m having trouble locating it but, I’d like to
    send you an email. I’ve got some creative ideas for your blog you might be interested in hearing.

    Either way, great website and I look forward
    to seeing it improve over time.

  2. Thanks for the good writeup. It actually used to be a leisure account it. Glance complex to more delivered agreeable from you! However, how can we keep up a correspondence?

  3. You can certainly see your enthusiasm in the paintings you write. The arena hopes for even more passionate writers such as you who aren’t afraid to say how they believe. At all times follow your heart.

  4. I must get across my admiration for your kind-heartedness for folks that need guidance on that issue. Your real dedication to getting the message all over turned out to be pretty significant and has continually encouraged those much like me to arrive at their ambitions. Your amazing informative hints and tips entails a great deal a person like me and still more to my office colleagues. Thank you; from all of us.

  5. Thank you for the auspicious writeup. It in fact was a amusement account it. Look advanced to more added agreeable from you! By the way, how could we communicate?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *