Gagasan Samuel Huntington tentang ‘clash’ mendapat banyak liputan yang menganggapnya berlebihan dan tidak mempertimbangkan proses sejarah yang terus berulang kembali. Huntington memprediksi 'clash' dua peradaban besar, yaitu Barat dan Islam. Gagasan yang seakan-akan menghadirkan kembali crusade dengan skop dan gaya baru. Amerika Serikat menduduki posisi tertinggi sebagai 'polisi dunia', setelah memenangkan kompetisi tingkat militer, ekonomi, dan ideologi melawan Uni Soviet dalam Perang Dingin. Jatuhnya Uni Soviet dan blok komunis/sosialis (1991) dianggap Huntington menghadirkan musuh baru yang menghalangi hegemoni Amerika Serikat secara khusus dan peradaban Barat secara umum, musuh itu adalah peradaban Islam. Seberapa benarkah ini? Dan dalam skop seperti apa situasi seperti itu mesti dilihat?
Dalam studi hubungan internasional kita mengenal dua kategori kuasa (power), yaitu hard power dan soft power. Hard power mencakup kekuatan yang bertujuan untuk memusnahkan kompetitor secara fisik. Saat ini, negara dengan kekuatan nuklir adalah negara yang disegani. Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN) entah dengan alasan konyol apa secara sah memberikan wewenang kepada lima negara yang dianggap memenangkan Perang Dunia II untuk mengembangkan senjata nuklir. Akan tetapi realitanya, senjata pemusnah itu tidak hanya dimiliki oleh negara yang secara sah boleh mengembangkannya, tapi juga dimiliki negara-negara lain. Soft power merujuk pada aspek yang tidak terikat pada perlawanan fisik, tetapi mempengaruhi kompetitor dalam lingkup ekonomi dan sosial. Contohnya, dalam beberapa tahun terakhir hiburan dari Korea Selatan banyak diminati oleh generasi muda, secara langsung hiburan itu dapat membentuk identitas, gaya hidup, pikiran, dan keseharian. Ini dikategorikan sebagai soft power milik Korea Selatan yang mempersembahkan imejnya melalui entertainment kepada belahan dunia.
Nilai dan pembawaan individu tidak lagi dibatasi oleh wilayah atau negara tertentu. Kemajuan teknologi memberikan kebebasan memilih gaya hidup, budaya, dan hiburan yang paling diminati. Kembali ke Clash of Civilizations dan memfokuskan argumen kepada soft power, perbenturan peradaban yang dinyatakan Huntington menjadi semakin nyata jika dilihat dalam kategori kekuasaan yang soft. Dewasa ini, negara atau regional berantusias mempromosikan nilai, norma, budaya, dan gaya hidup mereka, tetapi yang paling terdepan dan selalu berbenturan adalah Peradaban Barat dan Peradaban Islam.
Dari argumentasi Huntington, boleh disimpulkan bahwa perbenturan peradaban yang terjadi antara Barat dan Islam hanya akan berakhir dengan skenario yang sama seperti berakhirnya peperangan antara pihak yang sangat berbeda, yaitu, takluknya satu pihak kepada yang lain. Sarjana yang mengkritik gagasan Huntington menyatakan bahwa clash seperti ini tidak pernah berlaku. Namun sanggahan itu dapat dikritik, karena clash yang telah berlaku selama berabad-abad antara Barat dan Islam bermakna terdapat ambisi untuk mendominasi dan menaklukkan pihak lawan ditingkat yang lebih tinggi, menghasut lawan untuk meninggalkan pemahamannya dan mengadopsi pemahaman mereka.
Di masa Kekhalifahan Abbasiyah (750-1517M), terdapat periode yang dikenal sebagai Jaman Keemasan Islam, dimana ilmu pengetahuan, budaya, seni dan hiburan terpusat di Dunia Islam selama hampir 500 tahun. Orang-orang dari Benua Eropa dan belahan dunia lain memandang Baghdad, Damaskus, dan Cairo seperti layaknya orang-orang Muslim saat ini memandang New York, Paris, dan London. Di periode itu, Kekhalifahan Islam mengundang para intelektual, seniman, dan saudagar dari Eropa untuk mengembangkan bakat mereka di dunia Islam, dalam prosesnya tentu terjadi pengaruh memengaruhi. Peradaban Islam yang saat itu lebih unggul, merangkul orang-orang dari Benua Eropa untuk menerima pahaman, nilai, budaya, dan dalam beberapa kasus menerima Islam. Mari kembali ke masa ini, kolonialisme Barat, Revolusi Industri, dua Perang Dunia, ekonomi kapitalis, serta ide, gagasan, dan enterntainment Barat yang tersebar luas di seantero dunia, bermakna periode ini adalah periode superioritas peradaban Barat [atau takluknya peradaban Islam].
Menguji gagasan Huntington dengan melihat sudut soft power itu sangat nyata tanpa mengurangi pentingnya peran hard power. Perkembangan teknologi seperti yang disebut sebelumnya bermakna ‘crusade’ dengan skop dan gaya baru memiliki kemampuan untuk meliputi seluruh belahan dunia dengan lebih cepat. Dalam dunia pendidikan, berbagai jenis beasiswa dan program yang melibatkan pemuda/i untuk merasakan pendidikan, gaya hidup dan standarisasi Barat tersebar luas di belahan dunia lain terutama dunia Islam, dengan target yang jelas, agar mereka dapat dirangkul. Hal yang sama di jaman keemasan Islam dan jaman superioritas Khalifah Utsmaniyah.
Liputan media massa dari Barat yang saat ini lebih mainstream, bermakna liputan berita yang membahas 'teman dan lawan' bisa disusun untuk mendukung dan menjustifikasi kebenaran dan keunggulan dari wawasan dan ideologi Barat dalam suatu isu/konflik, sehingga masyarakat dari belahan dunia lain mampu menerima dan meyakini pemberitaan itu. Media memainkan peranan sangat berpengaruh karena sekarang adalah era informasi, bermakna yang memiliki lebih banyak informasi dan yang memiliki kuasa atas informasi adalah yang menang.
Langkah berikut untuk menuju hegemoni Amerika Serikat secara khusus dan Barat secara umum disusun secara terang-terangan jauh sebelum berakhirnya Perang Dingin (1991) dan salah satunya berasal dari Presiden Amerika Serikat, Richard Nixon, dari bukunya yang berjudul 'Seize the Moment: America's Challenge in a One-superpower World', jelas menjadi salah satu referensi Huntington dan politisi-politisi di Amerika Serikat dan Peradaban Barat pada umumnya. Nixon menulis satu bab khusus berjudul ‘Dunia Islam’, yang menekankan pengaruh dunia Islam di masa depan dan menawarkan langkah yang harus diterapkan untuk menghadapi dunia Islam untuk mencapai status one-superpower. Tidak dapat diragukan meskipun dunia semakin berintegritas dan dinamik, persaingan antara dua ‘peradaban’ besar yang menolak untuk takluk, berserah diri pada prinsip lawan, dan mengorbankan keyakinan (iman) akan berlanjut meski dibungkus dengan isu, konflik, dan agenda yang mengikutinya. ‘Clash’ yang diprediksikan oleh Huntington memang [sedang] berlaku meskipun publikasi dan penegasan secara spesifik sangat elusif.
Ditulis oleh,
Ihsan Sandjaya
Referensi
Chomsky, N. (2017). How the World Works. Penerbit Bentang
Fukuyama, F. (1989). The End of History?. In America and the World: Debating the New Shape of International Politics: From Council on Foreign Relations Press
Huntington, S.P. (1993). The Clash of Civilizations?. In America and the World: Debating the New Shape of International Politics: From Council on Foreign Relations Press
Usman, M.N. (2003). Menanti Detik-Detik Kematian Barat. Era Intermedia, pp.19-24