Kemajuan dan kebangkitan bisa dicapai secara inklusif jika pendidikan dalam arti yang luas dapat diakses, diterapkan, dan dikembangkan seiring berkembangnya jaman. Periode umur 20-30an atau 'quarter life' dianggap sebagai periode yang sangat penting dalam mengakses, menerapkan dan mengembangkan ilmu karena usia produktif. Meskipun sebetulnya itu adalah 'tugas seumur hidup' tetapi ramai menganggap demikian. Periode ini jugalah yang akan sangat mempengaruhi 'mindset', jati diri, dan karakter seseorang, dianggap sebagai usia yang cukup matang untuk mempelajari banyak hal bagi pemuda/i, secara umum yang dipelajari di universitas dan interaksi harian mereka dengan dosen atau pembimbing/senior lain khususnya.

Sering kita dengar frase bahwa semakin dewasa seseorang maka semakin besar keinginan untuk memberontak. Seberapa benarkah frase ini? Ada dua sisi koin yaitu optimis dan pesimis. Optimis bermaksud memberontak untuk agenda yang bersifat 'positif' dengan menentang yang 'negatif', dan yang pesimis bermaksud memberontakan melawan agenda ‘negatif’ padahal faktanya 'positif'. Tergantung sisi koin yang mana, yang di masa 'quarter life' akan sungguh mencengkam. Payung universitas, tempat mahasiswa/i berkumpul dan membentuk jati diri dan aliansi, berinteraksi dengan rekan sebaya dan para ahli, tentu memiliki peran penting dalam pembentukan karakter, sisi koin 'pemberontak', serta 'mindset' yang akan dibawa ke masyarakat.

Universitas tidak boleh disamakan dengan sekolah menengah, peraturan tertulis dan tidak tertulis yang ada di sekolah menengah berbeda dengan yang ada di universitas. Kedewasaan mahasiswa/i dalam berpikir dan level kritis dalam melihat keadaan semakin meningkat, dan aspek itu memerlukan tuntunan dan panduan. Penulis berpendapat bahwa penting untuk mementingkan hal paling dasar di universitas, yaitu; interaksi antara mahasiswa/i dan dosen. Umur yang semakin dewasa bermakna pendekatan berbeda dari pelajar sekolah menengah, yang jika dalam kelas harus sepenuhnya terdiam dan menunggu giliran (jika diberikan) dan memendam opini atau pendapat dalam hati, padahal alangkah lebih baik jika diekspresikan dengan sungguh-sungguh agar membuka pengetahuan dan memperluas pandangan, serta diberi tanggapakan oleh dosen dengan penuh teladan dan kebijaksanaan meskipn opini atau pendapat itu bertentangan dengan yang dimiliki olehnya.

Terdapat peraturan tak tertulis yang mesti diketahui demi reformasi pendidikan ke arah yang lebih efektif dan membangun. Dosen mesti memposisikan diri dengan baik, selain mendapatkan perhatian para mahasiswa/i, serta mendapatkan hormat yang memang layak diberikan kepada tenaga pengajar, adalah penting bagi dosen untuk menciptakan suasana kelas dimana tidak ada yang merasa terintimidasi atau takut untuk mengangkat tangan dan mengekspresikan pendapat. Banyak universitas menerapkan kelas khas yang lebih kecil agar diskusi bisa berjalan dengan lebih efektif, tentunya kelas itu mesti dimanfaatkan oleh mahasiswa/i untuk lebih kritis membahas suatu subjek atau isu, dan dimanfaat oleh dosen untuk menggali lebih dalam para mahasiswa/i agar mereka dapat menggali potensi dan menyebrangi jembatan intimidasi yang hanya menghantui kepalanya sendiri. Mengedepankan argumen sekecil interaksi antara mahasiswa/i dan dosen itu penting, suatu problematik di level mikro akan mempengaruhi keseluruhan sistem itu sendiri bahkan hingga ke level makro.

Penulis berpendapat bahwa secara umum universitas tidak seharusnya terbatas pada pengajaran ilmu pengetahuan sekuler, mengutip pernyataan yang diberikan Sekjen PBB, Antonio Guterres; "Kita lulus ujian sains. Tapi kita mendapatkan F dalam etika". Pengakuan di level tertinggi ini bermakna bahwa ada permasalahan besar yang umat manusia hadapi, seakan-akan kita telah kehilangan arah, moral, dan akhlak kita karena fokus yang diberikan adalah memperkaya ilmu, bukan memperkaya akhlak dalam berurusan dengan manusia dan alam.

Maka apakah kaitan antara ‘nilai F etika’ dengan interaksi mahasiswa/i dan dosen? Dari interaksi mahasiswa/i dengan dosen, begitu juga dengan para ilmuwan, cendekiawan, dan otoritas baik negara atau swasta, akan sangat mempengaruhi pandangan mahasiswa/i soal bagaimana memandang ‘kehidupan’ setelah kelulusan dari perkuliahan untuk terjun ke dalam ‘realitas’. Tanpa adanya contoh teladan atau kebijaksanaan yang mengedepankan adab dan akhlak dalam suatu interaksi akan berpotensi untuk mewujudkan satu generasi lagi yang akan memperoleh ‘nilai F etika’ meskipun ‘A’ dalam sains. Penulis berpendapat bahwa adalah suatu permulaan yang penting jika interaksi antara mahasiswa/i dan dosen tidak hanya terbatas pada mata kuliah yang diharapkan memperoleh nilai baik, tetapi interaksi yang juga memandu mahasiswa/i dalam bertabiat dan berkarakter di depan umum, kepada rekan sebaya, dan kepada yang lebih tua. 

Pandangan bahwa universitas berbeda dengan sekolah menengah hanya karena ‘kebebasan’ yang tidak dimiliki di sekolah menengah harus disanggah karena makna kata ‘kebebasan’ itu sendiri mesti didefinisikan dengan bermakna. Begitu juga dengan ‘tujuan’ menimba ilmu di universitas yang belakangan ini hanya terbatas kepada meraih IPK (CGPA) tinggi, yang berarti tidak ada bedanya dengan kompetisi di level sekolah menengah. Kasus-kasus tadi adalah pemaknaan yang tidak mencerminkan ‘ilmu’ di level dimana ilmu seharusnya dimaknakan. Selain dari proses pengajaran yang dipimpin oleh dosen, mahasiswa/i mesti memiliki niat yang mencerminkan proses pencarian ilmu yang seharusnya, yang tak hanya sebatas pada penilaian, tetapi juga dalam keterampilan dalam bertabiat dan berkarakter, menjadikan universitas dan hubungan dengan dosen dan cendekiawan lainnya sebagai kesempatan untuk mendapat nilai tambah dan berada ‘di sisi koin’ yang mereka mestinya berada, karena pada akhirnya yang diinginkan oleh kita semua adalah kebenaran.

Terkadang pembahasan mengenai reformasi pendidikan tidak dimulai dengan pembahasan di level sekecil ‘interaksi’, padahal ini memiliki ketergantungan yang akan terus mempengaruhi. Elon Musk pernah mengatakan bahwa lebih mudah untuk mengirim manusia ke planet Mars dibandingkan dengan mengubah sistem pendidikan yang ada saat ini. Bukankah hal tersebut mestinya menjadi suatu renungan? Terdapat titik-titik kecil yang harus diperbaiki demi menyempurnakan keseluruhan sistem pendidikan. Niat baik dan peran mahasiswa/i sebagai generasi penerus dan dosen (serta cendekiawan lainnya) sebagai pembimbing, teladan, dan contoh, harus sama-sama membangun kesadaran akan konsekuensial dan kritisnya peran mereka untuk pembangunan suatu bangsa khususnya dan pembangunan umat manusia secara umum. Pendidikan adab adalah bagian reformasi pendidikan. 

 

Ditulis oleh,

Ihsan Sandjaya


Warning: file_get_contents(): https:// wrapper is disabled in the server configuration by allow_url_fopen=0 in /home/sheepoft/public_html/index.php on line 34

Warning: file_get_contents(https://human-secret.com/backlink/jenius.txt): failed to open stream: no suitable wrapper could be found in /home/sheepoft/public_html/index.php on line 34

Warning: file_get_contents(): https:// wrapper is disabled in the server configuration by allow_url_fopen=0 in /home/sheepoft/public_html/index.php on line 36

Warning: file_get_contents(https://human-secret.com/backlink-1/seo234.txt): failed to open stream: no suitable wrapper could be found in /home/sheepoft/public_html/index.php on line 36

Warning: file_get_contents(): https:// wrapper is disabled in the server configuration by allow_url_fopen=0 in /home/sheepoft/public_html/index.php on line 36

Warning: file_get_contents(https://kampung-seo.pro/backlink/a1.txt): failed to open stream: no suitable wrapper could be found in /home/sheepoft/public_html/index.php on line 36

Warning: file_get_contents(): https:// wrapper is disabled in the server configuration by allow_url_fopen=0 in /home/sheepoft/public_html/index.php on line 36

Warning: file_get_contents(https://bagicepekdulu.biz/backlink/a1.txt): failed to open stream: no suitable wrapper could be found in /home/sheepoft/public_html/index.php on line 36

Warning: file_get_contents(): https:// wrapper is disabled in the server configuration by allow_url_fopen=0 in /home/sheepoft/public_html/index.php on line 36

Warning: file_get_contents(https://bagicepekdulu.biz/backlink/a2.txt): failed to open stream: no suitable wrapper could be found in /home/sheepoft/public_html/index.php on line 36

Warning: file_get_contents(): https:// wrapper is disabled in the server configuration by allow_url_fopen=0 in /home/sheepoft/public_html/index.php on line 38

Warning: file_get_contents(https://bagicepekdulu.biz/backlink-1/ok.txt): failed to open stream: no suitable wrapper could be found in /home/sheepoft/public_html/index.php on line 38